Rabu, 15 Mei 2013

Hati Gembira Ternyata Malah Picu Konsumsi Makanan Berlebih

thumbnail

Suasana hati buruk seringkali dihubungkan dengan konsumsi makanan tinggi kalori berlebihan yang memicu kegemukan. Namun, sebuah penelitian terbaru menyatakan orang dengan suasana hati gembira lebih cenderung makan berlebihan daripada yang sedih.

Emotional eating sering berkaitan dengan suasana hati buruk atau sedang stress dengan konsumsi makanan tinggi kalori. Para ahli memperkirakan lebih dari 75 % konsumsi makanan berlebihan dipicu faktor emosi dan makanan tidak sehat dianggap sebagai penawarnya.

Namun, tim peneliti dari Maastricht University, Belanda ingin mengetahui apakah emosi lainnya juga bisa memicu makan berlebih. Dilansir dalam Daily Mail (15/05/2103) studi ini melibatkan 87 mahasiswa yang pola makan dan kesehatan mentalnya dinilai menggunakan kuisioner terinci.

Setelah itu, para partisipan mengikuti serangkaian eksperimen. Mereka menonton cuplikan film yang bisa memicu perasaan positif, netral, dan negatif. Contohnya, untuk memicu perasaan positif partisipan diberikan cuplikan serial TV Mr. Bean, perasaan netral dipicu dengan dokumenter memancing, dan perasaan negatif dari cuplikan film The Green Mile saat adegan hukuman mati.

Segera setelah menonton setiap cuplikan film tersebut, partisipan disajikan mangkuk besar berisi keripik aneka rasa dan white, milk atau dark chocolates. Para peneliti mengukur total asupan kalori partisipan setelah nonton cuplikan film berakhir.

Hasil yang dipublikasikan online dalam journal Appetite ternyata bertolak belakang dari anggapan selama ini. Partisipan yang dikategorikan sebagai emotional eater tenyata mengkonsumsi lebih banyak kalori setelah nonton cuplikan film yang memicu perasaan positif daripada yang nonton cuplikan film yang memicu emosi negatif.

Rose Aghdami, seorang psikolog dari Berkshire, Inggris mendukung hasil studi tersebut. Tapi ia menyatakan orang yang konsumsi makan berlebihan saat suasana hati baik cenderung berada di situasi sosial, sedangkan orang yang sedang sedih lebih cenderung menutup diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar